Pages

Thursday, September 26, 2019

Lewat EMP Mining, Adinda Bakrie Bicara Masa Depan Grup Bakrie

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten migas dan mineral Grup Bakrie, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), mencatatkan kinerja positif pada semester I-2019 dengan laba bersih US$ 26,62 juta atau sekitar Rp 373 miliar (asumsi kurs Rp 14.000/US$) dari periode yang sama tahun lalu yang merrugi hingga US$ 14,28 juta atau Rp 200 miliar.

Mengacu laporan keuangan per Juni 2019, catatan itu sangat positif mengingat dari sisi pendapatan justru mengalami koreksi.

Hingga Juni, penjualan ENRG turun 14,15% menjadi US$ 116,35 juta (Rp 1,63 triliun) dari sebelumnya US$ 135,53 juta (Rp 1,90 triliun).

Penurunan ini diakibatkan rendahnya penjualan gas bumi yang anjlok 19% menjadi US$ 96,70 juta dari sebelumnya US$ 119,23 juta, padahal penjualan minyak mentah naik menjadi US$ 19,65 juta dari sebelumnya US$ 16,30 juta.


Pendapatan ENRG hanya diperoleh dari dua pos ini, penjualan gas bumi dan minyak mentah. Besar kemungkinan, peningkatan laba bersih dari sebelumnya rugi mengingat beban 
pokok penjualan berhasil ditekan hingga menjadi hanya US$ 66,43 juta dari periode yang sama tahun lalu US$ 109,39 juta.

Untuk klien luar negeri terbesar nihil, dibandingkan dengan Juni 2018 yang masih diperoleh dari Toyota Tshusho Corporation.

Adapun klien ENRG dalam negeri, di antaranya yang mencetak kenaikan penjualan ialah PT Pertamina (Persero) dengan porsi pendapatan US$ 42,45 juta, melesat dari Juni tahun lalu US$ 2,33 juta.

Kemudian ada pendapatan dari PT Petrokimia Gresik (Persero) yang juga naik menjadi US$ 29,68 juta dari US$ 16,38 juta dan PT Riau Andalan Pulp & Paper porsi pendapatannya naik menjadi US$ 16,80 juta dari sebelumnya US$ 14,78 juta.


Lalu bagaimana dengan prospek bisnis ENRG ke depan, jelang berakhirnya periode laporan keuangan kuartal III-2019 ini?

CNBC Indonesia, pada Kamis kemarin (26/9/2019) mewawancarai secara eksklusif Adinda Bakrie, generasi ketiga dari keluarga bisnis Grup Bakrie. Jika melihat dari kakeknya yakni Achmad Bakrie, sebagai pendiri kelompok bisnis ini, perempuan cantik yang akrab disapa Dinda ini, adalah anak dari Indra Bakrie, putra bungsu Achmad Bakrie.

[Gambas:Instagram]


Dinda kini memegang posisi Direktur EMP Mining Overseas Pte Ltd, anak usaha ENRG, yang fokus pada pertambangan mineral. Alumnus Master of Art Psikologi dari Pepperdine University, Los Angeles, AS, ini pun buka-bukaan terkait bisnis Energi Mega Persada ke depan.

Diversifikasi bisnis
Adinda menyiratkan perseroan akan lebih strategis dan ekspansif ke bisnis baru. "Kami ekspansi ke Mozambik untuk mencari mineral graphite [grafit] dan rare earth mineral, untuk graphite kemungkinan bisa eksplorasi dalam waktu dekat, Oktober paling cepat," kata Dinda, saat dijumpai di kantornya, Kamis (26/9/2019).

Wanita yang kini berusia 37 tahun ini menuturkan, perusahaan tertarik menambang grafit karena mineral ini bisa menjadi substitusi lithium untuk kendaraan listrik. "Untuk graphite ternyata diketahui daya tahannya lebih lama ketimbang lithium," kata perempuan bernama lengkap Adinde Andarina Bakrie ini.

Foto: Direktur EMP Mining Overseas Pte. Ltd., Adinda Bakrie (CNBC Indonesia/Tri Susilo)


Grafit, kata dia, sebenarnya ada di Indonesia tapi tidak begitu banyak dibandingkan Afrika dan China yang merupakan benua-benua tua. Potensi grafit di Mozambik juga masuk 5 besar di dunia.

Grafit adalah lapisan atom karbon, yang biasanya digunakan sebagai minyak pelumas untuk membuat peralatan mekanis atau timbal pensil.

Tidak cuma bisnis pertambangan mineral, beberapa bulan ini Dinda juga sibuk mempelajari tentang bisnis sumber daya alam yang dikelola oleh keluarganya.

Menurutnya, meskipun bisnis ini masuk kategori 'oldschool' tetap memiliki tantangannya tersendiri, karena bagaimanapun kebutuhan akan energi dan barang tambang masih akan berlangsung di masa depan.


EMP, kata dia, juga tengah melirik bisnis energi baru terbarukan yang memiliki potensi pengembangan luar biasa di dalam negeri. "Arah kami ke situ, pastinya," kata Dinda yang juga memegang jabatan Executive Director Bakrie Untuk Negeri ini.

Mengacu laporan keuangan Juni 2019, saham Energi Mega Persada saat ini digenggam Greenwich International Ltd sebesar 15,27%, lalu PT Valbury Sekuritas Indonesia 12,09%, UBS AS SG Reignwood Inter Investment Co LTD 8,69%, PT Geo Link Indonesia 6,28%, dan sisanya investor publik 57,68%.

Sebelumnya, ENRG bersama mitra strategis juga memperkuat ekspansi pada dua proyek migas serta pertambangan di Mozambik, Afrika. Nilai investasi mencapai lebih dari US$ 75 juta atau sekitar Rp 1,05 triliun.

Pada 20 Agustus 2019, anak usaha perseroan yakni Buzi Hydrocarbons Pte Ltd (BHPL) melakukan kesepakatan bisnis dengan Empressa Nacional de Hidrocarbonetos (ENH), yang merupakan perusahaan milik negara Mozambik.

Tercatat, Buzi dan Empressa masing-masing memiliki 75% dan 25% kepemilikan di Blok Buzi EPCC di Mozambik.

"Kesepakatan ini dilakukan di Forum Indonesia-Afrika Infrastructure Dialogue (IAID) 2019 yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia di Bali," jelas Chief Investment Officer Energi Mega Persada Taufan Rotorasiko, dalam keterangan resmi, Selasa (20/8./2019).

(tas/sef)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2n1n32G
via IFTTT

No comments:

Post a Comment