Pages

Tuesday, September 10, 2019

Duh, Pertumbuhan Inflasi China Flat di Agustus

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks harga konsumen (CPI) China, ukuran utama inflasi, naik 2,8% secara year-on-year (YoY) di bulan Agustus, menurut Biro Statistik Nasional (NBS), Selasa (10/9/19).

Tingkat pertumbuhan itu tidak berubah dari bulan Juli. Harga makanan naik 10% secara YoY bulan lalu, naik dari 9,1% di Juli. Sementara harga non-pangan naik 1,1% atau 0,2 poin persentase lebih rendah dari Juli.


Makanan menyumbang 1,93 poin persentase dari pertumbuhan 2,8% itu, di mana daging babi, buah-buahan dan produk daging utama lainnya mencatat pertumbuhan dua digit secara YoY pada Agustus, kata statistik senior NBS Shen Yun.

Karena kekurangan pasokan, harga daging babi pokok kembali naik dari bulan lalu yaitu naik 23,1%, kata Shen, mengutip Xinhua.

China telah meluncurkan serangkaian langkah-langkah dan insentif untuk menstabilkan produksi babi dan pasokan daging babi. Pada hari Senin, rencana kerja dikeluarkan untuk menawarkan subsidi dari anggaran pusat ke peternakan babi besar untuk mendukung pembangunan fasilitas mereka.


Langkah itu terjadi karena pasokan babi China menyusut secara substansial karena beberapa faktor termasuk demam babi Afrika dan biaya yang lebih tinggi untuk pengembangbiakan babi, yang mendorong kenaikan harga daging babi.

Bank investasi China International Capital Corporation Limited (CICC) mengatakan lonjakan harga daging babi baru-baru ini sebagian disebabkan oleh perubahan musim yang biasa terjadi.

"Tekanan ke atas untuk CPI keseluruhan saat ini kemungkinan akan tampak kurang parah daripada di banyak siklus inflasi harga makanan sebelumnya, karena pertumbuhan permintaan agregat melemah dapat mengurangi CPI non-pangan dan menjaga kenaikan inflasi harga pangan relatif terbatas," kata lembaga itu dalam catatannya.

China menargetkan untuk menjaga inflasi konsumen sekitar 3% pada 2019, menurut laporan kerja pemerintah.

Data hari Selasa juga menunjukkan bahwa CPI di daerah perkotaan dan pedesaan masing-masing mencatat pertumbuhan 2,8% dan 3,1%. Indeks harga produsen (PPI), yang mengukur biaya barang di pabrik, turun 0,8% YoY di bulan Agustus.

CPI yang lebih tinggi dari PPI biasanya menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang lebih cepat untuk sektor rumah tangga dibandingkan dengan sektor korporasi, dan pertumbuhan pendapatan rumah tangga pedesaan yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan perkotaan, kata tim makro CICC dalam catatan tersebut.

"Pergeseran ini mungkin menunjukkan ketahanan relatif lebih untuk permintaan sektor konsumen tertentu," kata catatan itu.

[Gambas:Video CNBC]

(sef/sef)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/34EA0Ra
via IFTTT

No comments:

Post a Comment