Pages

Wednesday, September 4, 2019

Awas, Negara-Negara Fragile Five Sudah "Fragile"

Jakarta, CNBC Indonesia - Resesi kini menjadi hantu bagi sejumlah negara di dunia.

Perlambatan ekonomi yang terus terjadi secara berturut-turut selama dua kuartal atau lebih selama setahun (Year on Year) ini, kini menjadi momok di tengah gonjang ganjing ekonomi dunia.


Perang dagang, perang mata uang, krisis geopolitik Hong Kong dan drama Brexit yang tak berujung membuat pertumbuhan ekonomi di beberapa melambat. Termasuk negara-negara Fragile Five.

Istilah fragile five diciptakan pada Agustus 2013 lalu oleh seorang analis keuangan untuk mewakili ekonomi negara berkembang yang bergantung pada investasi negara asing untuk membiayai pertumbuhannya.

Pada saat itu, sejumlah negara yang masuk kedalam fragile five diantaranya Indonesia, Turki, India, Afrika Selatan dan Brasil

Meski keuangan Indonesia masih solid, keuangan negara fragile five lain ternyata sudah ada yang terancam dan masuk resesi. Berikut rangkuman CNBC Indonesia.

1. Turki Sudah Resesi

Pada periode April-Juni 2019, ekonomi Turki terkontraksi alias negatif 1,5% year-on-year (YoY). Pada kuartal sebelumnya, kontraksi ekonomi Turki lebih dalam yaitu minus 2,4% YoY.

Data-data ekonomi Turki memang tidak meyakinkan. Pada Juli, inflasi di Turki mencapai 16,55% YoY. Lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya yaitu 15,72%.

Kemudian angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur pada Agustus adalah 48. Sejak April, angka PMI manufaktur Turki tidak pernah menyentuh 50. Artinya, dunia usaha masih enggan melakukan ekspansi.

Pejabat setempat mengatakan sepertinya sulit untuk pemulihan ekonomi ke depan. "Pemulihan itu rapuh untuk saat ini, dan seberapa besarnya akan ditentukan oleh jalannya penurunan suku bunga bank sentral dan selera risiko global," kata pejabat Badan Statistik Turki sebagaimana dilansir dari Al Jazeera.

2. India Masuk ke Resesi Teknikal

India mengalami pelemahan ekonomi. Pertumbuhan India tersungkur ke level terendah sejak 2012 dan memerlukan bantuan kebijakan dari pemerintah.

"Pertumbuhan ekonomi India kini jatuh di bawah trend 6,6% selama dua kuartal, ini mengindikasikan India secara efektif masuk ke resesi teknikal," kata ekonom dari Nirmal Bang Equities, Teresa John sebagaimana dilansir dari The Economic Times.

Dikatakannya sejumlah indikator bahkan menunjukkan pertumbuhan yang sulit ke depan. Produk domestik bruto (PDB) India pada kuartal II 2019 berada di level 5%, dari 8% di kuartal II 2018.

Ini jauh di bawah estimasi 39 ekonom yang di survey Bloomberg. Angka ini merupakan angka terendah selama 6 tahun terakhir.

Bloomberg bahkan mengindikasikan aktivitas ekonomi masih terus akan melemah di kuartal ketiga nanti. Baik investasi ataupun konsumsi bakal alami pelemahan.

Sebelumnya, data menunjukkan penjualan mobil di India turun paling dalam selama dua dekade terakhir. Selain itu, pimpinan Unilever India bahkan memperingatkan akan keadaan penjualan yang sulit.

India sebenarnya belum memasuki resesi sebenarnya. Meski demikian, terjadi kontraksi selama dua kuartal berturut-turut.

[Gambas:Video CNBC]

BERSAMBUNG KE HAL 2 (sef/sef)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/316pPmB
via IFTTT

No comments:

Post a Comment