Pages

Tuesday, September 3, 2019

Aksi Jual di Bursa Saham, Yen Akhirnya Seksi Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang yen menguat pada perdagangan Rabu (4/9/19) melanjutkan penguatan yang sudah terjadi pada perdagangan Selasa kemarin.

Aksi jual yang terjadi di bursa saham Amerika Serikat (AS) membuat yen kembali seksi di mata pelaku pasar. Yen merupakan mata uang yang dianggap aset aman (safe haven) sehingga menjadi incaran pelaku pasar saat terjadi gejolak finansial.

Pada pukul 8:04 WIB, yen diperdagangkan di kisaran 105,91/US$ atau menguat 0,01% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Selasa kemarin, yen menguat 0,27%.


Babak baru perang dagang antara AS dengan China menjadi penyebab aksi jual di bursa saham AS, yang diperparah dengan kontraksi sektor manufaktur.

Seperti diketahui sebelumnya, babak baru perang dagang antara AS dengan China resmi dimulai pada 1 September lalu.

AS mengenakan bea masuk 15% untuk importasi produk asal China senilai US$ 125 miliar di antaranya smartwatch, televisi layar datar, dan alas kaki. Sebelumnya, total produk China yang sudah terkena bea masuk di AS mencapai US$ 250 juta.

Sementara China mengenakan bea masuk 5-10% untuk importasi produk made in the USA senilai US$ 75 miliar. Bea masuk baru ini mencakup 1.717 produk, termasuk minyak mentah. Ini adalah kali pertama minyak asal AS dibebani bea masuk di China.

Selain babak baru perang dagang, kini ada "babak tambahan" lagi. China mengadukan AS ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Tidak disebutkan rincian dari laporan itu, tetapi China menyatakan kebijakan AS telah mempengaruhi ekspor mereka sebesar US$ 300 miliar.


"China akan tegas mempertahankan hak-hak hukumnya sesuai dengan aturan WTO," tulis Kementerian Perdagangan China sebagaimana dikutip CNBC Indonesia Selasa (3/9/2019). Gugatan ini merupakan gugatan ketiga Beijing untuk membatalkan tarif tambahan yang diberlakukan pemerintahan Donald Trump.

Sementara itu dari AS, Institute for Supply Management (ISM) melaporkan aktivitas sektor manufaktur berkontraksi untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir. Data indeks manufaktur bulan Agustus dirilis sebesar 49,1, turun dari bulan sebelumnya 51,2.

Data ini menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawah 50 menunjukkan kontraksi atau penurunan aktivitas, sementara di atas 50 menunjukkan ekspansi atau aktivitas yang meningkat. Kontraksi sektor manufaktur tentunya menjadi kabar buruk bagi perekonomian AS di saat perang dagang sedang memanas. Ancaman resesi kembali menguat, dan dolar kalah bersinar dibandingkan dengan yen.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/tas)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2ZA4c1d
via IFTTT

No comments:

Post a Comment