Pages

Tuesday, October 29, 2019

Sebelum Transaksi, Simak Sejumlah Kabar dari Pasar

Jakarta, CNBC Indonesia - Bergerak variatif sepanjang perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,25% ke level 6.281,18 pada Selasa (29/10/2019).

Ada beberapa isu yang menarik perhatian pelaku pasar pada perdagangan kemarin. Selain rilis laporan keuangan ada beberapa aksi korporasi yang mempengaruhi pelaku pasar.

Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan hari ini, Rabu (29/10/2019):


1. AirAsia Ganti Dendy Kurniawan dari Posisi Dirut
PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) mengumumkan pergantian jajaran direksi dan komisaris. Bahkan perusahaan penerbangan asal Malaysia ini mengganti pucuk pimpinan atau Direktur Utama AirAsia Dendy Kurniawan.

Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan perseroan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Dendy digantikan oleh Veranita Yosephin. Pergantian ini hanya transisi kepemimpinan.

Dendy akan mengemban tugas baru sebagai Komisaris Utama AirAsia.

Berdasarkan akta pernyataan keputusan sirkuler pemegang saham sebagai pengganti dari rapat umum pemegang saham PT AirAsia Indonesia No 10 tanggal 24 Oktober 2019 telah menyetujui pergantian direksi dan komisaris, kata Head of Corporate Secretary Indah Permatasari Saugi dalam keterbukaan informasi, Selasa (29/10/2019).

2. Erick Thohir: Nama Dirut Inalum & Mandiri Diputuskan Hari Ini
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan akan memutuskan nama Direktur Utama PT Inalum (Persero) atau MIND-ID dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) hari ini.

"Besok [hari ini, Rabu (30/10/2019)] kan baru rapat pertama antara saya, wamen, sesmen dan deputi. Besok baru diputuskan. Surat kepmennya (Keputusan Menteri) mudah-mudahan saya tanda tangan," kata Erick, di Jakarta, Selasa (29/10/2019).

Erick masih enggan menyebut nama siapa kandidat yang akan menjadi Dirut kedua BUMN tersebut. Untuk Bank Mandiri, kata Erick, ada waktu 45 hari untuk mengumumkan pelaksanaan rapat umum pemegang saham (RUPS).

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menambahkan, waktu pelaksanaan RUPS Bank Mandiri pada 20 Desember 2019.

Sebelumnya, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Fajar Harry Sampurno mengatatakan penunjukkan dirut baru Inalum tersebut akan dilakukan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) November mendatang.

3. Penjualan Stagnan per September, Laba Bersih LPPF Ambles 21%
Emiten ritel milik Grup Lippo, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 20,67% secara year-on-year (YoY) pada 9 bulan pertama tahun ini atau Januari-September 2019 menjadi Rp 1,19 triliun, dari periode yang sama tahun lalu Rp 1,5 triliun.

Padahal pada periode yang sama, total penjualan perusahaan stabil dengan tumbuh positif 0,67% di level Rp 7,83 triliun dari sebelumnya Rp 7,78 triliun.

Selain itu, mengacu data siaran pers perseroan, manajemen menyebutkan bahwa per akhir September 2019, pertumbuhan rata-rata penjualan tiap toko (same store sales growth/SSSG) LPPF tumbuh 0,5%.

Dengan kondisi itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa momok tertekannya performa laba bersih perusahaan disebabkan oleh peningkatan pada pos utama, di antaranya beban pokok penjualan dan beban usaha.

Beban pokok penjualan tercatat naik 6,6% secara tahunan ke level Rp 3,08 triliun dan beban usaha meningkat 7,12% YoY menjadi Rp 3,24 triliun. Beban usaha meningkat seiring dengan kenaikan biaya sewa, gaji dan kesejahteraan karyawan.

Tidak hanya itu, LPPF juga membukukan kerugian atas selisih kurs mata uang asing sebesar Rp 219 juta, dari sebelumnya mencatatkan keuntungan selisih kurs Rp 775 juta.

4. Punya Taksi Listrik, Laba Blue Bird Q3-2019 Masih Drop 31%
Perusahaan penyedia jasa transportasi PT Blue Bird Tbk (BIRD) pada periode Januari-September 2019 mengalami penurunan laba bersih mencapai 31,47% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai laba bersih tercatat Rp 229,33 miliar dari sebelumnya senilai Rp 334,66 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublisikan perusahaan, laba bersih per saham turun signifikan menjadi Rp 92 dari sebelumnya sebesar Rp 134.

Turunnya laba bersih ini salah satu dipicu karena terjadinya penurunan pendapatan perusahaan sebesar 4,73% secara year on year (YoY). Total pendapatan terkoreksi menjadi Rp 2,96 triliun dari sebelumnya Rp 3,10 triliun di akhir September 2018.

Pos pendapatan ini melemah karena terjadinya pengurangan pendapatan kendaraan taksi di periode sembilan bulan ini menjadi Rp 2,36 triliun, turun dari Rp 2,52 triliun.

5. Danai Capex, PLN Bakal Terbitkan Global Bond
PT PLN akan menerbitkan obligasi global demi mendanai belanja modal atau capex program percepatan dan general corporate purpose.

"EVP Corporate Finance PLN Sulistyo Biantoro mengatakan proses bookbuilding dilakukan Selasa (29/10/2019). eski dia belum mau menyebutkan berapa nilai obligasi yang akan diterbitkan, namun obligasi tersebut berdenominasi Dolar dan Euro

Kami hari ini sedang test the global market. Jika harga menarik, kemungkinan kami akan ambil beberapa Dollar dan/atau Euro," ujar Sulistyo.

Lebih lanjut dia mengatakan total kebutuhan capex tahun 2019 sekitar Rp 90 triliun. Dari Rp 90 triliun ini yang belum terpenuhi sekitar Rp 20 triliun. Namun kebutuhan ini belum final karena masih akan melihat realisasi penyerapan bulan November dan Desember 2019.

6. Bos BCA Buka Alasan Investor ke Vietnam & Thailand, Bukan RI
Sebagian perusahaan China memilih negara di Asia Tenggara untuk merelokasi industri di tengah berkecamuknya perang dagang yang dimulai sejak awal 2018. Sari sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara menjadi tempat relokasi baru perusahaan-perusahaan China tersebut, tak satupun yang melirik Indonesia.

Hal ini diakui Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Jahja Setiaatmadja. Ia mendapat masukan saat menemui belasan korporasi besar Indonesia, ternyata banyak investor dari China justru memilih Malaysia atau Thailand untuk berinvestasi.

"Dari 94 industri (perusahaan) dari China yang mereka cari tempat lain, itu yang mendapat bukan Indonesia, tapi Malaysia, Thailand, Vietnam, Jepang, India. Itu kelihatannya belum dirasakan karpet merah di negara kita," kata Jahja di Jakarta, Senin (28/10/2019).

Jahja mengakui, salah satu yang disoroti sejak lama adalah masalah perizinan yang kadang tak sejalan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Kondisi ini, terkadang menyebabkan investor yang tadinya mau berinvestasi menjadi terhambat. (hps/hps)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2Pv7ug0
via IFTTT

No comments:

Post a Comment