Pages

Tuesday, October 1, 2019

Amit-Amit RI Seperti Hong Kong: Bisnis Kacau, Ritel Anjlok

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pengusaha pusat perbelanjaan mengaku aksi-aksi demo yang berakhir rusuh telah membuat khawatir. Mereka tak ingin demo dan kericuhan berkepanjangan yang kini terjadi di Hong Kong bisa menular di Indonesia.

Dua pekan terakhir demo memang terus terjadi di sekitar DPR-RI, mulai dari aksi mahasiswa, pelajar, masyarakat umum, hingga buruh. Pada Rabu (2/10), buruh juga akan menggelar aksi demo.

Ketua Umum Asosiasi Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan, mengatakan pihaknya masih wait and see sampai Rabu (2/10). Khususnya pada demo rusuh Senin malam (30/9), beberapa pusat perbelanjaan terkena imbas akibat rusuh massa pendemo, antara lain Plaza Senayan, Senayan City, Plaza Semanggi, Slipi Plaza.

Namun, Ridwan belum bisa memastikan dampak kerugian materi dari kejadian konsentrasi massa kemarin malam. Ia memang sempat khawatir bila aksi massa membuat rusuh terus berlanjut.

"Demo ini mengkhwatirkan sekali buat bisnis, eskalasi bukan turun, tapi malah meningkat," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (1/9).

Ridwan mengatakan pada ajang Council of Asian Shopping Centers (CASC) atau forum pusat perbelanjaan di Asia yang berlangsung 10-12 di Kuala Lumpur, Malaysia. Pihak perwakilan pengusaha mal di Hong Kong mengungkapkan data yang cukup menyedihkan. Penjualan ritel di mal-mal anjlok hampir 20% akibat merosotnya kunjungan turis ke Hong Kong.

"Kemarin saat kongres di Malaysia dalam forum CASC, mereka bilang penjualan turun 19% hampir semua perdagangan ritel," katanya.

 IHS Markit, indeks manager pembelian (Purchasing Manager's Index/ PMI) Hong Kong merosot 40,8 pada Agustus, dari sebelumnya 43,8 pada Juli. Angka itu menandakan penurunan paling tajam di sektor swasta sejak Februari 2009.

"Data PMI terbaru mengungkapkan, bahwa ekonomi Hong Kong pada kuartal ketiga bermain-main dengan resesi," kata Bernard Aw, Ekonom Utama di IHS Markit, seperti dilansir dari CNBC Internasional.

"Karena aktivitas bisnis semakin diperburuk oleh kelumpuhan karena protes,".

Hong Kong berada di ambang resesi pertamanya selama satu dekade, faktornya karena ekonomi menyusut sebesar 0,4% pada April-Juni. Protes yang semakin meningkat mengurangi wisatawan dan memukul penjualan ritel di salah satu tujuan belanja paling populer di dunia.

Ia berharap para pendemo yang menyampaikan aspirasinya di DPR-RI tak anarkis tak melakukan kerusuhan. Sebab, dampaknya sangat buruk bila setiap aksi unjuk rasa harus berakhir ricuh apalagi berlangsung jangka panjang.

"Jangan berharap seperti Hong Kong, bodoh itu, ekonomi kita yang sudah lumayan bagus, Hong Kong hancur, semua wisatawan hilang," katanya.

Mengenai potensi demo yang berkelanjutan, Ridwan sudah berkoordinasi dengan aparat untuk meningkatkan pengamanan. Para pengelola mal juga sudah meningkatkan pengamanan internal di masing-masing pusat perbelanjaan.

"Kita wait and see sampai Rabu, kemungkinan sampai Rabu," katanya. (hoi/hoi)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2mNsqmr
via IFTTT

No comments:

Post a Comment