Pages

Tuesday, September 10, 2019

Perang Dagang: Wahai AS-China, Segeralah Berdamai

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang dagang yang masih berlanjut membuat dunia merasakan dampaknya. Bukan hanya internal China dan AS saja yang terkena dampak, melainkan negara lainnya seperti Jerman.

Bahkan pemimpin Jerman berharap negosiasi akan segera terjadi dalam waktu dekat. Pasalnya ekspor yang menjadi andalan negara itu, amat terpukul karena perang dagang yang terjadi.

Menteri Keuangan Jerman bahkan menegaskan penantian ini. "Semua pihak di perusahaan-perusahaan dunia menunggu sinyal positif bahwa hal ini (perang dagang) akan dibawa ke arah yang positif jadi mereka bisa berinvestasi," katanya sebagaimana dikutip dari Reuters, Rabu (11/9/2019).


"Ini mendesak untuk AS dan China untuk segera mencapai kesepakatan dari ketegangan perdagangan keduanya," ujarnya lagi.

Desakan Jerman bukan tanpa alasan. Pada kuartal II 2019, ekonomi Jerman mengalami kontraksi akibat pelemahan ekspor.

Ekonom terkemuka bahkan mengatakan ekonomi Jerman sedang menghadapi ancaman resesi karena perusahaan-perusahaan Jerman telah terperangkap dalam "baku tembak" perang dagang AS-China.


Pada kuartal pertama 2019, ekonomi Jerman tumbuh 2,8%. Namun di kuartal kedua, ekonomi Jerman hanya tumbuh 2,1%.

Dari data Kementerian Ekonomi Jerman, kontrak untuk "barang buatan Jerman" di Juli turun -2,7% dibandingkan bulan sebelumnya, di Juni angkanya mencapai 2,7%.

Sementara itu, seorang pejabat senior Gedung Putih meminta semua pihak bersabar menunggu hasil penyelesaian sengketa perang dagang antara dua ekonomi besar dunia itu.

"Jika kita akan mendapatkan hasil yang hebat, kita benar-benar harus membiarkan prosesnya berjalan sendiri," kata Navarro sebagaimana dilansir dari CNBC International.

Menurutnya Presiden AS Donald Trump masih mencari perubahan besar pada kebijakan dan praktik China tentang perlindungan kekayaan intelektual. Termasuk "pemindahan paksa " teknologi AS ke perusahaan-perusahaan Cina, akses perusahaan Amerika ke pasar China dan subsidi industri.

Para deputi perdagangan China akan bertemu dengan deputi perdagangan AS pada pertengahan September di Washington. Setelahnya pertemuan akan dilanjutkan dengan rapat tingkat menteri pada awal Oktober.

Rapat akan melibatkan Wakil Perdana Menteri China Liu He yang memang ditugaskan khusus untuk mengatasi ketegangan perdagangan. Sementara dari AS akan ada Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.

Pada 1 September 2019, Amerika Serikat (AS) resmi memberlakukan tahap pertama kenaikan tarif sebesar 15% pada US $ 300 miliar barang asal China. Sementara China juga mulai memberlakukan tarif tambahan pada beberapa barang AS senilai US $ 75 miliar.

Tarif tambahan senilai 5% dan 10% dikenakan pada 1.717 barang dari total 5.078 produk yang berasal dari AS. AS juga berencana untuk menaikkan tarif masuk menjadi 30% dari 25% yang sudah diberlakukan pada impor China senilai US$ 250 miliar mulai 1 Oktober mendatang.

"Orang-orang perlu memahami ini tarif (yang diberlakukan AS) China adalah pertahanan terbaik kami terhadap agresi ekonomi China dan kebijakan asuransi terbaik - ini penting - kebijakan asuransi terbaik yang akan terus dinegosiasikan dengan itikad baik," katanya Navarro.

[Gambas:Video CNBC]

(sef/sef)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2LJo8EX
via IFTTT

No comments:

Post a Comment