Pages

Thursday, September 12, 2019

Luar Biasa, Perang Dagang Bakal Pangkas PDB Dunia 0,8%

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemberlakuan tarif yang diberlakukan atau direncanakan segera berlaku oleh Amerika Serikat (AS) dan China dapat memangkas output ekonomi global sebesar 0,8% pada tahun 2020. Bahkan Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan perang tarif keduanya juga bisa memicu lebih banyak kerugian dunia di tahun-tahun mendatang.

Juru Bicara IMF Gerry Rice mengatakan perang dagang mulai mempengaruhi ekonomi dunia yang memang sudah menghadapi berbagai tantangan. Termasuk melemahnya aktivitas manufaktur yang mencapai rekor terlemahnya sejak krisis keuangan global 2007-2008.

Rice mengatakan bahwa prospek ekonomi juga bakal direvisi kembali bulan depan. Sebagai mana dilansir CNBC Internasional, sayangnya ia tidak memberikan rincian lainnya.


IMF sebelumnya meramalkan bahwa perang dagang AS-China dan perselisihan perdagangan AS dan lainnya mengancam pertumbuhan global di masa depan. Meski demikian IMF menegaskan dampaknya belum akan terasa saat ini.

"Ketegangan perdagangan.... bukan hanya ancaman, tetapi sebenarnya mulai membebani dinamika ekonomi global," katanya. "Dan tarif AS-China berpotensi mengurangi tingkat PDB global sebesar 0,8% pada 2020, dengan tambahan kerugian di tahun-tahun mendatang,".

Perkiraan itu lebih suram daripada proyeksi sebelumnya yang dikeluarkan IMF di awal tahun 2019. Ketika itu, IMF mengatakan tarif yang sudah diberlakukan dan yang direncanakan dapat memangkas output ekonomi global sebesar 0,5% pada 2020.

Mark Hamrick, analis ekonomi di Bankrate yang bermarkas di New York, mengatakan perkiraan baru tersebut mencerminkan keraguan bahwa Washington dan Beijing akan mengakhiri perang dagang.


"Ketegangan perdagangan baru saja tumbuh. Tidak ada kesepakatan yang terlihat," kata Hamrick. Ia juga mengatakan bahwa kekhawatiran yang berkembang di sektor bisnis mulai membentuk sentimen konsumen.

Hamrick mengatakan penilaian IMF dapat memicu kekhawatiran tentang resesi AS setelah ekonominya terus mencatatkan pertumbuhan selama 11 tahun belakangan.

Ekonom yang disurvei oleh Bankrate melihat kemungkinan resesi pada saat pemilihan presiden November 2020 adalah sebesar 41%, katanya.

Saat ditanya apakah IMF mengantisipasi kemunculan resesi global, Rice mengatakan bahwa hal itu tidak ada dalam penjelasan IMF.

Dia hanya mengatakan bahwa IMF telah menggunakan kata-kata seperti "sangat berbahaya", "sangat rapuh", dan "lemah" untuk menggambarkan prospek ekonomi.
"Jangan terlalu cepat maju. Mari kita tunggu dan lihat," katanya.

BERLANJUT KE HAL 2

(sef/sef)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2Q9ynI9
via IFTTT

No comments:

Post a Comment