Pages

Wednesday, September 11, 2019

Kalahkan Perang Dagang, Mengapa Babi "Hajat Hidup" di China?

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga daging babi yang melambung dan minimnya pasokan membuat heboh masyarakat China. Kenaikan harga daging babi bahkan mencapai 46,7% di Agustus atau sekitar 27% dari Juli membuat pemerintah China bertindak.

Kelangkaan babi akibat pembataian terkait penyakit demam babi afrika menjadi penyebab. Meski tidak menimbulkan pengaruh ke manusia, penyakit ini membuat pemusnahan babi di sejumlah daerah peternakan babi.

Alhasil, China menunjuk wakil perdana menteri untuk menyelesaikan masalah ini. Bukan hanya impor dari negara lain, tapi juga memberi stimulus pada para peternak hingga US$ 700.000.


Lalu mengapa babi menjadi begitu berharga di China?

China adalah negara produsen dan konsumen babi terbesar di dunia. Meski menjadi produsen, permintaan yang terlampau tinggi akhirnya membuat China membuka keran impor.

Sejak 2007, China bahkan menjadi pengimpor dengan nilai yang cukup signifikan. Di akhir 2018, China menjadi pengimpor babi terbesar ketiga didunia, senilai US$ 2,1 juta.


Berdasarkan laman Quora.com ada beberapa hal yang mendasari mengapa babi menjadi makanan utama di China, bahkan mengalahkan ayam dan daging sapi. Pertama, karena sejarah kelangkaan makanan di China.

Babi dapat dibesarkan dimana saja, termasuk di tempat yang sebagian besar dianggap "limbah". Saat era kelangkaan makanan terjadi, babi yang mudah dipelihara dan menjadi gemuk merupakan anugerah bagi warga. 

Menernak babi bahkan tidak membutuhkan ladang yang luas seperti halnya domba. Kandang kecil cukup bagi hewan ini, sehingga petani pun mudah melacak ternak mereka.

Selain itu, kemiskinan yang pernah melanda China, juga mengajarkan masyarakatnya untuk tidak membuang makanan. Sehingga semua bagian dari sumber makanan harus bisa dimanfaatkan.

Berbeda dengan makanan lain yang memiliki tulang dan terdapat bagian yang tidak bisa dikonsumsi, menurut laman tersebut, babi bekerja tanpa sisa. Sehingga di tengah kemalangan masa lalu, masyarakat China pada saat itu menganggapnya anugerah.

Sebelumnya, untuk menyelesaikan permasalahan mahalnya harga babi ini, China juga berencana mengimpor babi. Dua negara dipilih yakni Denmark dan Brazil.

Denmark melalui Menteri Pangan Mogens Jensen bahkan sudah berkunjung untuk mendorong ekspor ke China, yang merupakan konsumen daging babi terbesar di dunia.

"China adalah pasar ekspor terbesar keenam Denmark. Kami bahkan bisa mendapatkan lebih banyak jenis produk di supermarket China (dibanding di Denmark sendiri," katanya sebagaimana dilansir dari South China Morning Post.

China mengumumkan akan menambah 25 pabrik daging babi asal Brazil ke dalam daftar ekspor. Sebelumnya berdasarkan data Kementerian Pertanian Brasil, sudah ada 89 perusahaan yang memasok daging babi ke China.

Seorang analis di portal berita industri babi Soozhu.com, Feng Yonghui, mengatakan China sebenarnya masih mencari negara lain sebagai pemasok daging babi. Antara lain Finlandia, Swedia dan juga Portugis.

"Terlalu banyak tekanan.. Sekarang kebijakan sudah mulai berlaku, tetapi akan makan waktu setahun untuk mengembalikan harga di bawah kembali," katanya lagi.

[Gambas:Video CNBC]

(sef/sef)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2ZTvChD
via IFTTT

No comments:

Post a Comment