Pages

Wednesday, August 28, 2019

Pabrik Batam Hengkang dan PHK: Pesaing Berat RI Kini Myanmar

Jakarta, CNBC Indonesia - Relokasi pabrik masih terjadi dari kawasan industri di Batam ke luar negeri. Salah satuanya PT Foster Electronic Indonesia. Produsen pembuat alat audio seperti speaker ini dikabarkan pindah ke Myanmar setelah menutup pabrik di Batam pada tahun ini.

Konsekuensinya ada pemutusan hubungan kerja (PHK) yang cukup besar, apalagi perusahaan yang tutup tahun ini tak hanya PT Foster tapi juga PT Unisem.

Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Batam, Rudi Sakyakirti mengatakan gelombang PHK tersebut terjadi akibat penutupan dua pabrik di sana, PT Foster Electronic Indonesia dan PT Unisem Batam.

"Foster sudah merencanakan penutupan perusahaan setahun lalu. Di sana ada sekitar 1.000 karyawan. Yang banyak adalah karyawan kontrak, yang permanennya tidak sampai 800 orang," kata Rudi kepada CNBC Indonesia, Selasa (27/8/2019).

 

Dengan rencana penutupan tersebut, maka manajemen perusahaan tidak memperpanjang kontrak para karyawan.

Sementara PT Unisem, kata Rudy, mengatakan jumlah karyawan sebanyak 1.505 karyawan dengan rincian 1.127 merupakan karyawan permanen dan 358 karyawan kontrak. Perusahaan ini, kata Rudi, sudah merencanakan untuk menutup perusahaannya pada akhir September 2019.

"Namun demikian customer tidak mau (PT Unisem tutup) karena ada orderan yang harus diselesaikan. Mereka menemui saya, lalu kemarin di perusahaan disepakati bahwa akhir September nanti akan ada PHK 700 orang, jadi tinggal 800 orang untuk menyelesaikan semua orderan," ucap Rudi.

Menurutnya, pengerjaan orderan akan diselesaikan selama 6 bulan. Setelah itu, PT Unisem akan menutup total perusahaannya. Berbeda dengan PT Foster Electronic Indonesia yang menurut Rudi akan merelokasi pabrik ke Myanmar.

"Setahu saya, PT Foster relokasi ke Myanmar, kalau Unisem, dia tutup," ucap Rudi.

Rudi mengatakan bahwa tenaga kerja yang terkena PHK telah diserap untuk bekerja ke perusahaan baru, di antaranya Pegatron Technology dan Simatelex Manufactory. Pegatron, mereka ditargetkan bisa menerima 800 orang dari 1600 orang sambil menunggu gedung-gedungnya selesai dibangun.

 

Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) Edy Putra Irawady sempat mengatakan relokasi pabrik ini karena persoalan upah buruh di Batam, yang dianggap tak kompetitif dibandingkan negara tetangga lainnya. Namun, Edy mengatakan informasi yang ia dapat relokasi terjadi ke Kamboja.

Sedangkan Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Batam, Rudi Sakyakirti mengatakan relokasi terjadi ke Myanmar. Namun, yang menjadi catatan pentingnya adalah bahwa pesaing dunia investasi Indonesia di kawasan saat ini bisa datang dari Myanmar atau bahkan Kamboja. Selain itu tentunya adalah Vietnam yang sedang berlari kencang.

(hoi/hoi)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2Pk68WU
via IFTTT

No comments:

Post a Comment