Langkah kontroversial yang diupayakan Johnson itu bertujuan untuk membatasi waktu parlemen dalam bekerja menentang Brexit. Sehingga peluang bagi Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan alias "no deal Brexit" menjadi lebih besar.
Menanggapi hal itu, pemimpin partai oposisi utama Inggris Partai Buruh Jeremy Corbyn, menyatakan kekecewaannya pada Johnson. Ia menyebut langkah Johnson sebagai tindakan ceroboh dan mengancam demokrasi.
"Ini adalah kemarahan dan ancaman bagi demokrasi kita," katanya sebagaimana dilansir CNBC Indonesia dari AFP, Kamis (29/8/2019).
Sebelumnya di awal pekan, pihak oposisi telah mengisyaratkan niat mereka untuk bersatu dalam menciptakan undang-undang untuk memblokir rencana Johnson yang memaksa agar Brexit tetap terjadi meskipun tanpa kesepakatan (no-deal).
CNBC International melaporkan bahwa House of Commons sangat menentang no-deal Brexit. Sebab, Brexit yang tanpa kesepakatan dipandang berpotensi merusak perekonomian Inggris, menurut beberapa proyeksi.
Oleh karena itu, langkah Johnson membekukan parlemen, dipandang sebagai upaya pemerintah untuk mencegah terciptanya undang-undang tersebut dan memaksa Brexit agar terjadi. Sebab mewujudkan Brexit merupakan salah satu janji Johnson untuk memenangkan kursi perdana menteri.
Namun Johnson mengatakan bahwa anggota parlemen masih akan memiliki cukup waktu untuk berdebat mengenai Brexit dan ia menolak tuduhan bahwa upayanya ditujukan untuk menjauhkan parlemen dari menentang terjadinya Brexit.
Saat ini parlemen Inggris sedang dalam libur musim panas dan baru akan kembali bekerja pada 9 September. Namun langkah Johnson yang disetujui Ratu berarti parlemen akan harus memperpanjang masa liburnya.
(sef/sef)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/30Nxk1C
via IFTTT
No comments:
Post a Comment