Pada pukul 7:20 WIB yen diperdagangkan di kisaran 105,85/US$ atau menguat 0,25% di pasar spot, melansir Data Refinitiv.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, akhir pekan lalu hubungan AS-China kembali memanas dan memicu gejolak di pasar finansial, hingga membawa yen menguat ke level terkuat sejak November 2016 melawan dolar AS.
Pada hari Jumat lalu, pemerintah China akan mengenakan tarif baru impor mulai dari 5% sampai 10% terhadap produk-produk dari Paman Sam senilai US$ 75 miliar, dan mulai berlaku pada 1 September dan 15 Desember.
Tidak hanya itu, China kembali mengenakan tarif sebesar 25% terhadap mobil dari AS yang akan masuk ke China, dan untuk suku cadangnya akan dikenakan tarif sebesar 5%. Kebijakan ini sebelumnya dihentikan pada bulan April lalu, dan kini akan diberlakukan lagi mulai 15 Desember.
Langkah China kembali membuat AS panas. Melalui cuitan di Twitter, Presiden AS, Donald Trump mengumumkan bahwa per tanggal 1 Oktober, pihaknya akan menaikkan bea masuk bagi US$ 250 miliar produk impor asal China, dari yang saat ini sebesar 25% menjadi 30%.
Sementara itu, bea masuk bagi produk impor asal China lainnya senilai US$ 300 miliar yang akan mulai berlaku pada 1 September (ada beberapa produk yang pengenaan bea masuknya diundur hingga 15 Desember), akan dinaikkan menjadi 15% dari rencana sebelumnya yang hanya sebesar 10%.
Kini harapan akan adanya damai dagang muncul setelah Presiden AS, Donald Trump, Senin kemarin mengatakan China menginginkan perundingan dimulai lagi dan kedua negara akan memulai pembicaraan dengan serius.
"China menghubungi para negosiator dagang kita tadi malam dan mengatakan "mari kembali berunding", jadi kita akan kembali bernegosiasi dan saya pikir mereka akan melakukan sesuatu. (Ekonomi) mereka telah terpukul hebat tapi mereka paham ini perundingan ini hal yang benar untuk dilakukan dan saya memberikan rasa hormat untuk itu" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.
Sementara itu di hari yang sama, Wakil Perdana Menteri China, Liu He, mengatakan China bersedia menyelesaikan sengketa perdagangan melalui negosiasi yang "tenang" dan menolak segala peningkatan ketegangan dagang.
Komentar positif dari AS dan China tersebut disambut baik oleh pelaku pasar dan sentimen pun membaik. Bursa saham AS menguat, sementara aset-aset aman (safe haven) seperti yen melemah pada Senin kemarin.
Meski demikian, pelaku pasar juga masih berhati-hati, sejarah perundingan dagang kedua negara memang manis di awal, tapi selalu berujung pahit, ujung-ujungnya saling balas mengenakan tarif. Apalagi belum pasti kapan perundingan resmi akan dimulai lagi.
Kehati-hatian tersebut membuat yen masih akan tetap perkasa melawan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2KW1dqW
via IFTTT
No comments:
Post a Comment