"Di masa lalu berbicara secara lisan secara intoleran ataupun menunjukkan ketidaknetralan mungkin tidak menimbulkan keramaian. Tetapi, ketika jejak digital ada di mana-mana, tampaknya perlu pola pembinaan yang berbeda sehingga lulusan kami di masa depan bisa menjadi netizen yang bertanggung jawab," ujar Rahmadi kepada CNBC Indonesia, Senin (15/7/2019).
Secara khusus, Rahmadi memberikan tanggapan perihal pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat menghadiri Dies Natalis PKN STAN di kampus PKN STAN, Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (15/7/2019).
Berbicara di hadapan ratusan mahasiswa dan mahasiswi PKN STAN, Sri Mulyani mengaku sering mendapat komentar via akun media sosial pribadi terkait tingkah laku mahasiswa/i PKN STAN yang kurang toleran.
Rahmadi menambahkan, hal itu juga menjadi fenomena yang tumbuh di berbagai perguruan tinggi di Tanah Air. Namun, sebagai kampus kedinasan, PKN STAN tentu harus memiliki standar perilaku yang lebih tinggi, terutama menjadi pilar-pilar penegak NKRI dalam bingkai kebinekaan.
"Proses untuk memperbaiki pola-pola pengelolaan kampus yang menuju ke arah sana akan dilakukan secara konsisten dan jangka panjang. Pernyataan Bu SMI kemarin juga menjadi wake up call bagi civitas academica dan alumni untuk melihat persoalan ini adalah persoalan eksistensi bangsa dan negara yang harus ditangani dengan serius dan fokus," kata Rahmadi.
Foto: PKN STAN Rahmadi Murwanto (Twitter/PKNSTANId)
|
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2xLTXq6
via IFTTT
No comments:
Post a Comment