Pada Jumat lalu (29/11), Presiden Joko Widodo meninjau langsung proyek pembangunan pelabuhan tersebut. Rencananya, pada Juni 2020 akan dilakukan soft opening Pelabuhan Patimban tahap pertama. Operator pelabuhan ini akan segera dilelang pemerintah.
"Progresnya [proyek Pelabuhan Patimban] ini bagus dan kita harapkan tahapan pertama nanti akan kita selesaikan pada Juni 2020," kata Jokowi melalui keterangan resmi, dikutip CNBC Indonesia pada Senin (2/12/2019).
Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi menilai harapan Presiden tersebut boleh dibilang sangat berlebihan di tengah kondisi perekonomian nasional saat ini, sehingga dia mengingatkan agar tidak perlu mengumbar harapan besar pada pelabuhan ini.
"Sebaiknya tidak perlu mengumbar harapan besar pada Patimban. Menjadi hub terbesar tentu berkaitan juga dengan logistik dan industrinya," kata Siswanto, dalam pernyataannya, Kamis (5/12/2019).
Foto: Presiden Ingin Pelabuhan Patimban Jadi Hub Besar untuk Ekspor Otomotif. /Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
|
Dia mencontohkan pelabuhan Kuala Tanjung yang ada di tepi Selat Malaka. Hingga hari ini jumlah kapal yang singgah di situ belum sesuai ekspektasi yang dicanangkan.
"Kuala Tanjung sampai sekarang belum bisa bersaing dengan Singapura, Tanjung Pelepas dan Port Klang Malaysia, padahal dulu juga dicanangkan menjadi hub terbesar di Selat Malaka," ungkap Siswanto.
Sementara Pelabuhan Patimban yang posisinya dekat dengan Jakarta, Siswanto memprediksikan juga sulit bersaing dengan Tanjung Priok. "Di barat ada Tanjung Priok, terus di timur ada Tanjung Perak di Surabaya, ini saya kira Patimban sulit bersaing," jelasnya.
Selanjutnya mengenai kondisi ekonomi saat ini di tengah perang dagang antara Amerika dan China, Siswanto menyebut harapan pemerintah untuk menjadikan Patimban sebagai hub terbesar di tahun 2027 sulit tercapai.
"Perekonomian kita ini sekarang sedang terpuruk, industri sedang lesu, tiba-tiba ada wacana Patimban sebagai hub terbesar untuk otomotif dan logistik, itu sulit dan kapal mana yang mau singgah di pelabuhan itu," pungkasnya.
Proyek Pembangunan Pelabuhan Patimban secara keseluruhan dilakukan dalam 3 tahap. Tahap 1 fase 1, akan diselesaikan pada bulan November 2020 dengan kapasitas kapasitas 218.000 kendaraan untuk terminal kendaraan dan 250.000 TEUs (twenty feet equivalent unit, peti kemas ukuran 20 kaki) untuk terminal peti kemas.
Kemudian dilanjutkan dengan pengembangan pada tahap 1 fase 2 yang ditargetkan pada tahun 2021-2023, dengan kapasitas optimum untuk kendaraan itu adalah 600.000 kendaraan dan kontainer sejumlah 3,75 juta TEUs.
Tahap 2 dan tahap 3 akan dilakukan pada 2024-2027 yaitu dilakukan pengembangan terminal peti kemas hingga mencapai kapasitas maksimal yaitu di atas 7 juta TEUs.
Total luas pelabuhan ini adalah 654 hektare dengan rincian 300 hektare untuk terminal peti kemas dan terminal kendaraan serta 354 hektar akan diperuntukkan back up area berisi area pergudangan, perkantoran, pengelolaan, dan area bisnis
Dalam kesempatan sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan, proyek pembangunan Pelabuhan Patimban membutuhkan investasi sekitar Rp 40 triliun untuk tahap 1.
Dari kebutuhan tersebut, sebesar Rp 23,5 triliun didapatkan dari pinjaman Japan International Cooperation Agency (JICA) yaitu untuk tahap 1 fase 1 sebesar Rp 14 triliun dan tahap 1 fase 2 sebesar Rp 9,5 triliun.
Dengan beroperasinya Pelabuhan Patimban secara keseluruhan, diharapkan dapat mengurangi biaya logistik dengan mendekatkan pusat produksi dengan pelabuhan, memperkuat ketahanan ekonomi, mengurangi tingkat kepadatan lalu lintas (ekspor-impor) kendaraan di Tanjung Priok di Jakarta dengan pembagian arus lalu lintas kendaraan, serta menjamin keselamatan pelayaran termasuk area eksplorasi minyak dan gas.
(tas/hps)from CNBC Indonesia https://ift.tt/2PaFCMe
via IFTTT
No comments:
Post a Comment