Pada Rabu (4/12/2019), berikut perkembangan indeks saham utama Asia pukul 08:49 WIB:
Hari ini, sentimen yang mendominasi pasar adalah perang dagang. Utamanya adalah risiko kembali meletusnya perang dagang AS-China.
Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa dirinya tidak akan terburu-buru untuk meneken kesepakatan dagang dengan China. Bahkan mungkin kesepakatan dagang baru bisa terwujud jelang akhir tahun depan.
"Saya tidak punya tenggat waktu, tidak. Bahkan, saya senang dengan ide menunggu sampai setelah Pemilu untuk mencapai kesepakatan dengan China. Namun mereka (China) ingin ada kesepakatan sekarang, jadi kita lihat saja," ungkap Trump kepada para jurnalis di London, seperti diberitakan Reuters.
Sebagai informasi, Pemilu AS baru digelar November 2020. Padahal pasar (dan seluruh dunia) sudah begitu menantikan adanya perjanjian damai dagang AS-China Fase I. Namun Trump malah bilang itu mungkin saja baru terwujud setahun lagi.
Tidak hanya itu, hubungan AS-China malah berisiko memanas dan mungkin memicu perang dagang lebih lanjut. Reuters mewartakan bahwa pemerintah AS sedang mengkaji kemungkinan melarang Huawei (perusahaan telekomunikasi asal China) untuk terlibat dalam sistem keuangan Negeri Paman Sam.
Sumber di lingkaran pemerintah AS mengungkapkan, Huawei akan masuk ke daftar Specially Designated Nationals (SDN). Kebijakan ini kemungkinan diterapkan dalam beberapa bulan ke depan, tergantung perkembangan situasi.
Ketika seseorang atau korporasi berada di daftar SDN, maka asetnya akan dibekukan dan orang-orang di AS tidak boleh berurusan dengan mereka. Jika ini benar terjadi, maka Huawei akan berada di kelompok yang sama dengan para teroris, pengedar narkotika, atau pelaku perdagangan manusia.
Belum lagi ada informasi bahwa Kongres AS lagi-lagi bakal mengesahkan Undang-undang (UU) yang berisiko membuat China murka. Setelah Hong Kong, AS kini dikabarkan sedang menyusun UU penegakan hak asasi manusia di Xinjiang. Wilayah ini mendapat sorotan dunia karena ditengarai terjadi pelanggaran hak asasi manusia kepada etnis minoritas.
Beijing murka. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying menegaskan Xinjiang adalah urusan rumah tangga mereka. AS harus berhenti mencampuri dan jangan sampai mengesahkan UU tentang Xinjiang.
"China akan merespons lebih lanjut tergantung perkembangan situasi," kata Hua, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Ketidakpastian kapan damai dagang bisa tercipta (malah yang ada risiko perang dagang kembali bergelora) membuat pelaku pasar kehilangan risk appetite. Aset-aset berisiko tidak menjadi pilihan untuk sementara waktu, lebih baik bermain aman sampai situasi membaik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/364r0Vl
via IFTTT
No comments:
Post a Comment