Pages

Tuesday, October 1, 2019

Heboh! Lippo Mau Jual LPPF, Ini Penjelasan Jhon Riady

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar heboh sempat mewarnai perdagangan saham PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF) kemarin, Selasa (1/10/2019). Ini membuat harga saham peritel milik Lippo Group tersebut melesat signifikan.

Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham LPPF kemarin ditutup melesat 7,58% ke level Rp 3.690/unit. Volume perdagangan mencapai 23,71 juta saham senilai Rp 86,72 miliar.

Dikalangan pelaku pasar beredar kabar LPPF akan dijual. Ada yang menyebutkan perusahaan ritel asal Thailand, Central Group, yang akan menjadi pembeli LPPF.


Central Group merupakan perusahaan milik pengusaha Thailand Tiang Chirathivat. Dari sebuah toko kecil yang dikelola keluarganya di kota Bangkok pada awal 1950-an.

Pada 1956 putranya, Samrit Chirathivat, memperluas bisnis ayahnya dengan mendirikan Central Department Store pertama di distrik Wangburapha, Bangkok.

Usaha ritel milik keluarga ini terus berkembang dan hadir disejumlah negara. Di Indonesia, Central Departement Store ada di Grand Indonesia.

Namun kabar tersebut tampak masih sebatas rumor di pasar saja. CNBC Indonesia mengkonfirmasi hal tersebut kepada Komisaris LPFF John Riady terkait hal tersebut.

"Belum ada rencana sementara ini," kata John kepada CNBC Indonesia, saat ditanya soal rencana Lippo melepas LPPF.

Harga saham LPPF dalam satu bulan terakhir tercatat naik 22,19%. Sementara dari awal tahun tercatat masih merah atau terkoreksi 34,11%.

Dari sisi kinerja, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) kembali menorehkan kinerja keuangan yang kurang menggembirakan. Laba bersih perusahaan di semester I-2019 turun 13,4%.


Melansir keterbukaan informasi, Rabu (31/7/2019), perusahaan pengelola Gerai Matahari itu mengantongi laba bersih di 6 bulan pertama tahun ini sebesar Rp 1,16 triliun. Angka itu turun 13,4% dari laba bersih periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 1,34 triliun.

Pendapatan bersih perusahaan sebenarnya naik dari Rp 5,91 triliun menjadi Rp 5,95 triliun. Namun beban pokok pendapatan naik dari posisi Rp 2,16 triliun menjadi Rp 2,22 triliun.

(hps/sef)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2nGrGQr
via IFTTT

No comments:

Post a Comment