Pages

Thursday, September 26, 2019

Meski Trump Digoyang, IHSG Bisa Tertolong Window Dressing

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pada perdagangan Kamis (26/9/2019) kemarin mulai memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan. Pasar saham melesat sangat tinggi, rupiah masih melemah, dan pasar obligasi jangka pendek dan menengah mengalami penurunan imbal hasil (yield).

Catatan epic berhasil ditorehkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi bursa paling menguat di Asia Pasifik dengan kenaikan 83 poin atau 1,37% ke level 6.230. Sementara bursa utama kawasan Asia cenderung hijau tetapi masih di bawah IHSG, seperti Nikkei 225 yang menguat 0,13%, Hang Seng terkerek 0,37%, Kospi bertambah 0,05%, SENSEX menguat 1,12%, dan SETi 0,51%.

Selain aksi demo yang terlihat berangsur-angsur mereda karena sikap pro aktif pemerintah dalam mendengarkan keluhan rakyatnya, pergerakan pasar saham juga tidak lepas dari fenomena window dressing secara kuartalan, terutama menjelang berakhirnya kuartal ketiga di bulan September.


Upaya tersebut biasanya dilakukan investor institusi seperti Manajer Investasi (Reksa Dana), Asuransi, dan Dana Pensiun dalam rangka memoles laporan kinerja portofolio investasi mereka sehingga kas yang tersedia digunakan untuk memborong saham di bursa.

Sedangkan rupiah kembali tertunduk lesu di pasar spot dengan melemah 0,21% pada level Rp 14.175/$AS. Apa yang dialami rupiah sebenarnya juga dialami mata uang negara berkembang lainnya karena Dolar Amerika Serikat (AS) sedang garang-garangnya.

Indeks dolar (DXY), yang mengukur kekuatan Dolar AS terhadap enam mata uang kuat lainnya (hard currency), sempat naik ke level 99,27 yang mana level tersebut menjadi yang tertinggi dalam dua tahun belakangan ini.

Di pasar obligasi pemerintah, tenor 10 tahun yang digunakan sebagai benchmark dengan kode FR0078 mengalami penurunan yield sebanyak 1,1 basis poin (bps) menjadi 7,318%. Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, ketika yield turun maka harga obligasi sebenarnya mengalami kenaikan.

Adapun seri-seri panjang seperti FR0068 yang bertenor 15 tahun dan FR0079 bertenor 20 tahun mengalami kenaikan yield, yang menandakan kepercayaan investor sehingga seri obligasi dengan jangka waktu yang lebih pendek banyak diburu, berikut data lengkapnya:

Yield Obligasi Negara Acuan 26 Sep'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 25 Sep'19 (%)

Yield 26 Sep'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 26 Sep'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.737

6.736

-0.10

6.6614

FR0078

10 tahun

7.329

7.318

-1.10

7.2793

FR0068

15 tahun

7.76

7.769

0.90

7.7397

FR0079

20 tahun

7.882

7.894

1.20

7.8569


Sumber: Refinitiv, IBPA

BERLANJUT KE HAL 2 >>>> (yam/yam)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2m6MMXe
via IFTTT

No comments:

Post a Comment