Pages

Tuesday, September 10, 2019

Bukan Perang Dagang, Babi Adalah Prioritas Utama China Kini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China kini punya prioritas penting nan mendesak. Bukan penanganan demonstrasi di Hong Kong, bukan pula persoalan perang dagang dengan AS.

Persoalan utama yang mendesak dilakukan adalah menstabilkan harga daging babi. Kenaikan harga daging babi menjadi topik yang sangat sensitif bagi masyarakat China, yang mungkin bisa merongrong citra pemerintah di ulang tahun ke-70 Oktober nanti.

Kenaikan tajam harga daging babi telah menyakiti ekonomi terbesar kedua di dunia itu. Bahkan melampaui sejumlah headlines liputan surat kabar beberapa pekan terakhir, sebagaimana dilansir media setempat South China Morning Post.


Dewan Negara China bahkan mengeluarkan pedoman baru pada Selasa (10/9/2019) untuk mendesak pemerintah daerah dan departemen terkait guna meningkatkan pasokan daging babi.

"Peternakan babi adalah industri penting, yang penting bagi rencana bangsa dan kehidupan masyarakat. Daging babi adalah daging utama bagi sebagian besar penduduk China," kata Dewan Negara China.

"[Produksi daging babi] memiliki arti penting dalam hal memastikan kehidupan masyarakat, menstabilkan harga, menjaga operasi ekonomi yang stabil dan menjaga stabilitas sosial secara keseluruhan,".


Indeks harga konsumen China yang dirilis hari Selasa juga memperkuat gambaran suramnya harga makanan favorit China ini. Di mana harga daging babi pada Agustus naik 46,7% dibanding tahun sebelumnya dan naik 27 % bila dibandingkan dengan harga jual Juli 2019.

Salah satu dari empat wakil perdana menteri bahkan ditunjuk khusus untuk mengendalikan harga daging babi yang terus melonjak. Penunjukan pejabat sekelas itu sebelumnya hanya dilakukan China untuk menyelesaikan masalah Hong Kong dan negosiasi dagang dengan AS.

Wakil Perdana Menteri Hu Chunhua ditugaskan memeriksa peternakan babi dan rumah pemotongan hewan di provinsi Heilongjiang di perbatasan utara China dengan Rusia hingga ke provinsi Sichuan di barat daya. Semuanya dilakukan untuk meningkatkan pasokan daging babi.

Dalam sebuah dokumen, Hu menegaskan bahwa pasokan daging babi bukan hanya masalah ekonomi tapi juga politik. Karenanya kecukupan pasokan harus dipastikan sampai ke setiap meja makan keluarga di China.

"Jika orang tidak dapat mengakses atau mampu membeli daging babi [pada tahun 2020], saat Cina akan menjadi masyarakat yang kaya secara komprehensif, itu akan secara serius mempengaruhi pencapaian masyarakat yang makmur dan merusak citra partai, masyarakat dan negara, "kata Hu, dalam dokumen tersebut.

Hal senada juga dipertegas Menteri Lingkungan Hidup China Li Ganjie. "tugas politik penting sekarang untuk menjaga produksi babi hidup dan memastikan pasokan daging babi," katanya.

Alhasil pemerintah daerah dilarang membuat larangan "zona bebas babi" yang sebelumnya diatur dalam UU akibat kerusakan lingkungan yang terjadi.

Regulator perbankan juga menginstruksikan bank agar semakin banyak menggelontorkan pinjaman dan infrastruktur penunjang peternakan dan distribusi babi. Tarif tol juga dibebaskan untuk truk yang membawa babi dan babi beku.

Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China pun merencanakan pemberian subsidi hingga 5 juta yuan (US $ 700.000) untuk setiap peternakan babi yang berupaya membangun kembali atau memperluas usahanya.

Di Provinsi Jiangsu, pemerintah bahkan menerbitkan rencana untuk meningkatkan populasi babi hingga lebih dari 6 juta pada akhir tahun 2022.

Di provinsi Shandong yang memang penghasil babi, populasi babi ditarget naik 3,2 juta pada tahun 2020 dan 4,2 juta pada tahun 2021 untuk meningkatkan pasokan nasional.

[Gambas:Video CNBC]

(sef/sef)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2LByGG0
via IFTTT

No comments:

Post a Comment