Seperti halnya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga berhasil menguat di hadapan dolar AS. Hanya yuan China, won Korea Selatan, ringgit Malaysia, dan dolar Taiwan yang masih terdepresiasi. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:23 WIB: Kemarin, pasar keuangan Asia murung gara-gara sentimen perang dagang AS vs China. Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump membuat pengumuman yang mengguncang dunia. "Mulai 1 Oktober, impor produk China senilai US$ 250 miliar yang saat ini dikenai tarif 25% akan naik menjadi 30%. Sebagai tambahan, impor baru senilai US$ 300 miliar yang awalnya dikenakan tarif 10% dinaikkan menjadi 15% berlaku 1 September. Terima kasih atas perhatiannya!" demikian cuit Trump. China pun tidak terima dan melakukan serangan balasan. Beijing mengumumkan akan menaikkan bea masuk bagi produk-produk made in the USA senilai US$ 75 miliar dari 5% menjadi 10%. Produk-produk tersebut antara lain kedelai, minyak mentah, dan pesawat.
"Keputusan China untuk menaikkan tarif bea masuk didorong oleh sikap AS yang uniteralis dan proteksionis," tegas pernyataan tertulis Kementerian Perdagangan China. Kenaikan ini akan dibagi menjadi dua tahap yaitu 1 September dan 15 Desember.
Tidak cuma perang dagang, perang investasi pun mulai terjadi. Trump meminta perusahaan-perusahaan AS untuk menutup pabrik dan menghentikan produksi di China. "Perusahaan AS diminta untuk segera mencari alternatif, termasuk membawanya pulang ke rumah dan membuat produk di AS. Kita tidak butuh China dan, jujur saja, akan lebih baik tanpa mereka," cuit Trump di Twitter.Untuk beberapa saat sepertinya harapan damai dagang sudah sirna. Tidak ada harapan, AS-China akan terus terlibat perang dagang yang melebar ke perang investasi sampai perang mata uang.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2) (aji/aji)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2ZrKovR
via IFTTT
No comments:
Post a Comment