Pemerintah China akan menaikkan tarif impor mulai dari 5% sampai 10% terhadap produk-produk dari Paman Sam senilai US$ 75 miliar, dan mulai berlaku pada 1 September dan 15 Desember.
Tidak hanya itu, China kembali mengenakan tarif sebesar 25% terhadap mobil dari AS yang akan masuk ke China, dan untuk suku cadangnya akan dikenakan tarif sebesar 5%. Kebijakan ini sebelumnya dihentikan pada bulan April lalu, dan kini akan diberlakukan lagi mulai 15 Desember.
Langkah China kembali membuat AS panas. Melalui cuitan di Twitter, Presiden AS, Donald Trump mengumumkan bahwa per tanggal 1 Oktober, pihaknya akan menaikkan bea masuk bagi US$ 250 miliar produk impor asal China, dari yang saat ini sebesar 25% menjadi 30%. Sementara itu, bea masuk bagi produk impor asal China lainnya senilai US$ 300 miliar yang akan mulai berlaku pada 1 September (ada beberapa produk yang pengenaan bea masuknya diundur hingga 15 Desember), akan dinaikkan menjadi 15% dari rencana sebelumnya yang hanya sebesar 10%.
Akibat eskalasi perang dagang dua raksasa ekonomi dunia ini, pelaku pasar kembali dibuat cemas akan kemungkinan semakin melambatnya pertumbuhan ekonomi global bahkan potensi terjadinya resesi semakin menguat.
Dalam kondisi tersebut, mata uang yen Jepang tentunya menjadi yang paling diuntungkan. Yen hari ini langsung melesat ke level terkuat sejak 2016, dan tidak menutup kemungkinan masih akan terus menguat jika bursa saham global kembali mengalami aksi jual.
Di sisi lain, dolar AS sebenarnya mata uang yang juga dianggap sebagai safe haven, tetapi akibat eskalasi perang dagang, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diprediksi akan agresif dalam memangkas suku bunga di tahun ini.
Data dari piranti FedWatch milik CME Group pagi ini menunjukkan di bulan Desember ada probabilitas sebesar 45,5% suku bunga The Fed berada di level 1,25%-1,5%. Probabilitas tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan yang lainnya, ini menunjukkan pelaku pasar melihat The Fed kemungkinan akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali lagi di tahun ini.
Hal tersebut membuat dolar AS tertekan dan mata uang euro serta poundsterling mendapat keuntungan.
Selain itu pounsterling sedang mendapat sentimen positif dari dukungan Jerman dan Perancis kepada Perdana Menteri Inggris, Boris Jonhson, untuk membuka kembali perundingan Brexit.
Dengan kondisi tersebut, yen, euro, dan poundsterling berpotensi menguat kembali melawan dolar AS pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/hps)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2KSZDGe
via IFTTT
No comments:
Post a Comment