CEO WhatsApp Chris Daniels bertemu dengan Menteri Teknologi dan Informatika Ravi Shankar Prasad, Selasa, untuk mendiskusikan solusi. Prasad meminta WhatsApp untuk mengembangkan mekanisme yang rinci untuk melacak asal pesan-pesan “jahat”.
“Tidak perlu roket untuk mengetahui lokasi pesan,” kata Prasad, dilansir Reuters.
Menurut keterangan Prasad, WhatsApp bekerja sama dengan lembaga penegak hukum di sana untuk mengembangkan sistem tersebut. Perwakilan Facebook, selaku perusahaan induk WhatsApp, tidak berkomentar atas isu ini.
India menjadi pasar terbesar bagi layanan berbagi pesan ini, telah digunakan sekitar 200 juta orang. Pengguna India juga lebih banyak meneruskan pesan berupa teks, foto maupun video dibandingkan negara lain.
Pesan-pesan berupa hoax juga beredar di platform ini dan berakibat pada pengeroyokkan massal di India. Beberapa orang tewas akibat dipukuli dipicu pesan berantai di WhatsApp.
Pemerintah India berusaha untuk mengurangi sebaran berita hoax terutama di platform tersebut.
Terdapat kekhawatiran pendukung partai politik akan menggunakan platform media sosial, termasuk WhatsApp untuk menyebarkan informasi palsu menjelang pemilu 2019.
WhatsApp merespons permintaan pemerintah India dengan membatasi kuota meneruskan pesan menjadi hanya lima obrolan dalam satu waktu. Mereka juga berencana menghapus tombol “quick forward” di obrolan WhatsApp.
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
COPYRIGHT © ANTARA 2018
No comments:
Post a Comment