Patung tersebut, yang kebanyakan mengagungkan militer Suriah dan menggambarkan anak-anak atau perdamaian yang dipuji-puji, diukir dengan "sempurna" di tembok salah satu terowongan utama yang digali gerilyawan di bawah satu sekolah di Permukiman Jobar di pinggir timur Damaskus, Ghouta Timur.
Salah satu patung itu adalah seorang prajurit yang mengibarkan bendera Suriah, sementara temannya menghadapi bom mortir, untuk melukiskan pengorbanan yang telah diberikan oleh militer buat negeri tersebut.
Patung lain melukiskan seorang ibu yang sedang memeluk anaknya sementara rambutnya menutupi anaknya, dan buang serta burung dara beterbangan di sekelilingnya.
Muhannad Mualla, seorang prajurit Suriah, memiliki gagasan mengubah tembok terowongan tersebut menjadi patung.
Ia membuat patung pertama di satu tembok terowongan sementara perang masih berkecamuk di Ghouta Timur.
Sejak pasukan Pemerintah Suriah merebut kembali seluruh Ghouta Timur awal tahun ini, makin banyak seniman bergabung dengan Mualla dan menciptakan rangkaian patung cantik di terowongan tersebut.
Mualla mengatakan kepada Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa siang-- karya seni itu menyampaikan pesan bahwa Suriah akan bangkit lagi dari puing-puing.
"Kami telah berusaha sebaik mungkin untuk menyampaikan pendapat masyarakat bahwa Suriah tak mungkin mati sekalipun terluka," katanya.
Mualla mengatakan gagasan tersebut lahir ketika ia ingin menyampaikan dan berbagi perasaannya mengenai pengorbanan tentara dalam perang dengan caranya sendiri.
"Kami berusaha menyampaikan cerita mengenai pengorbanan tentara Suriah, ibu para syuhada, tanah air dan untuk menyoroti sisi kemanusiaan militer Suriah mengenai harapan bagi segera berakhirnya perang di Suriah dan mengenai Suriah lama-baru," katanya.
Terowongan itu pernah dinamakan "terowongan kematian", sebab gerilyawan garis keras menggunakannya untuk mengirim senjata yang dulu digunakan untuk membunuh warga sipil di daerah permukiman.
Para seniman memerlukan waktu satu bulan untuk menyelesaikan 20 patung di tembok terowongan, sembilan meter di bawah permukaan tanah.
Presiden Suriah Bashar al-Assad belum lama ini mengunjungi terowongan itu bersama istrinya, Asma, dan memuji upaya para artis tersebut.
"Kegelapan, kehancuran dan kematian adalah budaya mereka (gerilyawan) sedangkan penciptaan, cahaya, seni dan kehidupan adalah budaya kita," kata presiden itu.
Anas Qatramiz, seorang pemahat dan pemimpin para artis, mengatakan para seniman datang dari berbagai daerah dan disatukan oleh cinta mereka pada seni.
Amina An-Na`san, salah seorang artis, mengatakan gagasan karya seni mengubah terowongan tersebut dari tempat yang mengancam rakyat dan peradaban menjadi tempat yang menyajikan karya indah dan cinta.
Pewarta: Antara
Editor: Chaidar Abdullah
COPYRIGHT © ANTARA 2018
No comments:
Post a Comment