Pages

Sunday, September 29, 2019

Masyarakat AS Dukung Trump Lengser?

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Parlemen AS Nancy Pelosi mengatakan, bahwa opini publik berada di posisi yang sama dengan kongres, terkait penyidikan dalam impeachment yang dilakukan ke Presiden Donald Trump.

"Di publik, gelombang telah berubah total ... setelah melihat pengaduan dan laporan IG (Inspektur Jenderal) dan sikap angkuh pemerintah, orang-orang Amerika mengambil keputusan yang berbeda," kata Pelosi seperti dilansir dari Reuters, Senin (30/09/2019).

Dia menambahkan, penolakannya di masyarakat sudah berevolusi ke desakan mempercepat proses pemakzulan.


"Seorang presiden Amerika Serikat akan menahan bantuan militer yang dibayar oleh pembayar pajak untuk menghancurkan pemimpin negara lain kecuali jika dia memberinya bantuan politik, itu sangat, sangat jelas," kata Pelosi lagi.
Masyarakat AS Dukung Trump Lengser?Foto: Infografis/Trump Terancam Dicopot dari Kursi Presiden AS/Edward Ricardo

Desakan mundur pada Presiden Trump muncul setelah skandal komunikasi via telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy treungkap. Trump meminta pemimpin Ukraina itu menyelidiki anak Joe Biden, saingannya dalam Pemilihan Presiden AS 2020 dengan menahan dana bantuan militer, yang sebelumnya sudah disetujui Kongres AS.


Presiden Trump memperingatkan bakal ada kekacauan di pasar saham jika upaya pelengseran dirinya dari kursi presiden tetap dilakukan Parlemen AS. Melalui Twitter pribadinya pekan lalu, @realDonaldTrump, ia menegaskan pasar saham bisa ambruk.

"Jika mereka benar melakukan ini, pasar saham bisa ambruk. Kalian (parlemen) pikir ini adalah keberuntungan mendapatkan kita sebagai Bursa Saham dan Ekonomi terbaik di negara ini. Tentu tidak," tulisnya di Twitter.

Sebenarnya upaya melengserkan sang presiden bukan kali pertama terjadi. Di 2016, Trump juga terancam lengser karena skandalnya dengan Rusia.

Itu terjadi setelah laporan mantan penasihat khusus Robert Mueller ke Kongres yang menemukan adanya hubungan antara kampanye Trump dengan Rusia. Kala itu Rusia disebut-sebut memiliki andil dalam membuat Trump menang pemilu 2016 melawan saingannya, Hillary Clinton.

"Jika saya dilengserkan, Saya pikir pasar akan ambruk. Semua orang akan sangat menderita," cuit Trump saat itu.

"Tanpa pemikiran ini, Anda akan melihat angka-angka yang tidak akan Anda percayai secara terbalik," kata Trump saat itu, sambil menunjukkan tangan ke kepalanya.

"Saya menyingkirkan peraturan. Pemotongan pajak adalah hal yang luar biasa,". (sef/sef)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2ot6b5P
via IFTTT

No comments:

Post a Comment